HAKIKAT
AGAMA
A.
PENGERTIAN
AGAMA
Agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan,
atau juga disebut dengan nama Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan tersebut.
Beberapa persamaan arti
kata“agama’’ dalam berbagai bahasa:
1.
Ad din (Bahasa Arab dan Semit)
2.
Religion (Inggris)
3.
La religion (Perancis)
4.
De religie (Belanda)
5.
Die religion (Jerman)
Secara
bahasa kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tidak pergi, tetap
di tempat, diwarisi turun temurun. Adapun kata din mengandung arti menguasai, menundukkan, kepatuhan, balasan, dan
kebiasaan. Din juga berarti peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang
harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa
larangan yang harus ditinggalkan.
Kata
din dalam Al Qur’an disebut sebanyak 94 kali dalam berbagai makna dan
kontek,
antara lain berarti :
1. Pembalasan (Q.S Al Fatihah (1) ayat 4).
1. Pembalasan (Q.S Al Fatihah (1) ayat 4).
2. Undang-undang duniawi atau peraturan yang
dibuat oleh raja (Q.S Yusuf (12)ayat 76)
3. Agama yang datang dari Allah SWT (Q.S
AliImran (3) ayat 83)
4. Agama yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad
SAW sebagai agama yang benar (Q.S At-Taubah (9) ayat 33)
5. Agama selain Islam (Q.S Al Kafirun(109) ayat
6 dan Q.S Ash Shaf (61) ayat 9)
Menurut Abu Ahmadi
agama menurut bahasa :
- Agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan haluan,peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan.
- Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu A berarti tidak, Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.
Agama
menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam
hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama manusia dan
hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang beragama adalah orang yang
teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai baik dengan dirinya maupun
dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya.
Sebuah
agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
- Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
- Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
- Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.
B.
UNSUR
– UNSUR AGAMA
Setiap agama pada
dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:
1.
Ajaran = teori = konsep
yaitu sebagai sisi gaib
Maksudnya
adalah adanya keyakinan kepada yang gaib. Manusia merasa dirinya lemah dan oleh
karenanya ia berhajat pada kekuatan gaib sebagai tempat memohon pertolongan.
Manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib dengan cara
mematuhi perintah dan larangannya.
2.
Iman yaitu sebagai interaksi antara pelaku dan
konsep
Maksudnya
adalah adanya keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan
kebahagiaanya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan
gaib yang dimaksud. Tanpa adanya hubungan baik itu, manusia akan sengsara hidupnya
di dunia dan di akhirat.
3.
Ritus = upacara yaitu
sebagai sistem lambing
Maksudnya
adalah adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk
perasaan takut atau perasaan cinta. Selanjutnya respon itu mengambil bentuk
pemujaan atau penyembahan dan tata cara hidup tertentu bagi masyarakat yang
bersangkutan.
4.
Praktik = amal
yaitu
sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu dan masyarakat
Maksudnya adalah adanya paham / keyakinan tentang yang kudus (the sacret) dan suci seperti kitab suci, tempat-tempat ibadah yang suci dan sebagainya.
Maksudnya adalah adanya paham / keyakinan tentang yang kudus (the sacret) dan suci seperti kitab suci, tempat-tempat ibadah yang suci dan sebagainya.
C.
KLASIFIKASI
AGAMA
Dari segi sumbernya
- Agama Samawi (wahyu)
Yaitu
agama yang diturunkan oleh Allah swt melalui wahyu – Nya kepada para rasul dan disebarkan
kepada umat manusia. Ciri-cirinya adalah:
- Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
- Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya
- Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
- Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan manusia
- Konsep ketuhanannya monotheisme mutlak (tauhid)
- Kebenarannya
adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
- Agama Ardhi (bukan wahyu / agama budaya)
Yaitu
agama yang lahir dari hasil pemikiran manusia semata yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.Contoh :
Agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Counfisianisme
yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu.Ciri
– cirinya :
- Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.
- Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan ( Rasul).
- Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
- Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiranmasyarakatnya ( penganutnya).
- Konsep ketuhanannya : dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggi adalah monotheisme nisbi.
- Kebenaran
ajarannya tidak universal , yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa,
dan keadaan.
Perbedaan kedua agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the World sebagai berikut:
- Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama budaya tidak demikian
- Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama budaya tidak
- Agama wahyu sumber utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama budaya kitab suci tidak pentin
- Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya lahir di luar itu
- Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras simetik
- Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik spiritual maupun material, sedangkan agama budaya lebih menitik beratkan aspek spiritual saja
- Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama budaya kabur dan elastis.
Agama
wahyu disebut juga agama samawi (agama langit) dan agama bukan wahyu disebut
agama budaya (ardhi/bumi). Sedangkan yang termasuk dalam katagori agama samawi
hanyalah Agama Islam.
Secara fitrah, manusia membutuhkan
agama sebagia pengangan hidup, karena itu sejarah agama sama panjangnya dengan
sejarah manusia. Sejarah mencatat aneka macam agama yang dianut oleh manusia
sejak dahulu sampai hari ini, agama yang berasal dari olah pikir manusia (agama
ardhi atau agama budaya), maupun agama yang diturunkan melalui wahyu (agama
samawi) yang diterima rasul-rasul Allah.
Agama budaya bersifat politeistik atua
mempercayai beberapa Tuhan, sedangkan agama wahyu bersifat monoteistik atau menyakini satu Tuhan. Agama-agama budaya
menggunakan nama pencetusnya sebagai nama agamanya, sedangkan agama wahyu penamaannya berdasarkan wahyu pula,tidak menggunakan
nama rasul yang menerimanya.
Agama islam adalah agama wahyu
satu-satunya yang memiliki kitabsuci yang asli dan otentik,tidak mengalami perubahan sejak diturukannya pada
abad ke-6 Masehi sampai sekarang, bahkan sampai akhir zaman. Rasul yang menerima
wahyu Allah bernama Muhammad putra Abdullah, memiliki silsilah dan keturunan
yang jelas. Beliau dilahirkan di Mekkah tahun 571 Masehi dan mendapat wahyu
yang pertama kali ketika beliau berusia
40 tahun.
Islam diturunkan kepada manusia berfungsi sebagai rahmad namun
nilairahmat tersebut akan berpengaruh kepada manusian yang melaksanaakan ajaran
agamanya secara totalitas sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat
Al-Baqrah ayat 208 yang artinya:Hai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam
Islam seluruhnya, dan jaganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Tulisan ini adalah nasehat yang ditujukan kepada saya dan sebagian orang
yang sering membawa perkataan “Islam adalah agama yang lembut, santun dan penuh
kasih sayang“, akhirnya menjadi pengecut, tidak berani mengatakan itu salah dan
ini benar sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Al Quran dan As Sunnah serta
dipahami oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum..
Memang Islam agama yang memerintahkan kasih sayang, sikap lembut, santun,
tidak menyusahkan, tidak membuat orang lari akibat syariatnya .
Berkata Al
‘Allamah Syeikh Al Mufassir Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah (w:
1393H):
وَمَا
ذَكَرَهُ – جَلَّ وَعَلَا – فِي هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ مِنْ أَنَّهُ مَا
أَرْسَلَهُ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالِمِينَ يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ جَاءَ
بِالرَّحْمَةِ لِلْخَلْقِ فِيمَا تَضَمَّنَهُ هَذَا الْقُرْآنُ الْعَظِيمُ .
وَهَذَا الْمَعْنَى جَاءَ مُوَضَّحًا فِي مَوَاضِعَ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ ،
كَقَوْلِهِ تَعَالَى : أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ
الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ
يُؤْمِنُونَ [29 \ 51] وَقَوْلِهِ : وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ
الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ الْآيَةَ [28 \ 86] .
Artinya: “Apa yang telah disebutkan Allah Jalla wa ‘Ala di dalam ayat
yang mulia ini adalah bahwa Allah Ta’ala tidaklah mengutus beliau (shallallahu
‘alaihi wasallam-pent) kecuali sebagai rahmat untuk alam semesta, yang
menunjukkan bahwa beliau datang dengan rahmat untuk seluruh makhluk sebagaimana
yang ditunjukkan oleh Al Quran yang Mulia ini.
Dan makna ini telah disebutkan di beberapa tempat dari Kitabullah,
seperti firman Allah Ta’ala:
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا
أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً
وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ [العنكبوت: 51]
Artinya: “Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah
menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada
mereka.Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan
pelajaran bagi orang-orang yang beriman”. QS. Al Ankabut: 51.Dan Firman-Nya:
وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ
رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ [القصص: 86]
Artinya: “Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Qur’an diturunkan
kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu,
sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir”.
QS. Al Qashash: 86.
Dan di dalam shahih Muslim disebutkan bahwa Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata: “Rasulullah pernah ditanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah engaku
mendoakan keburukan untuk orang-orang musyrik?”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab:
«إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا ، وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً» .
Artinya: “Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat,
sesungguhnya aku diutus hanya sebagai rahmat”.
Lihat Tafsir Adhwa Al Bayan.Bahkan bersikap lembut sampai kepada Fir’aun
sang pengaku tuhan. Coba perhatikan Firman Allah Ta’ala ketika mengutus Nabi
Musa dan Harun ‘alaihissalam kepada Fir’aun:
اذْهَبَا
إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ
يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)} [طه: 43، 44]
Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah
melampaui batas”. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. QS. Thaha: 43-44.
Dan, memang salah satu sifat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
dan orang-orang beriman bersamanya adalah saling menyayangi diantara mereka:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ
رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ [الفتح: 29]
Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka”. QS. Al Fath:29.
Dan, memang pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita
adalah agar bersikap lembut penuh kasih sayang, santun.“Aisyah radhiyallahu
‘anha istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Aisyah, sesungguhnya
Allah itu Maha Lembut, mencintai yang lembut, memberi dalam sikap lembut suatu
yang tidak diberikan dalam sikap keras dan tidak memberi atas apa yang selain
sikap lembut”. HR. Muslim.
Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَنْ جَرِيرٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ.
Artinya: ““Barangsiapa yang diharamkan dari sikap lembut maka niscaya
diharamkan kebaikan (baginya)”. HR. Muslim.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ «
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا ، وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا » . البخاري
Artinya: “: “Mudahkan dan jangan dipersulit, berikan kabar gembira dan
jangan dibuat lari”. HR. Bukhari.
Islam agama yang mengajarkan selalu dan wajibnya amar ma’ruf nahi mungkar
sebagaimana yang sudah ditentukan caranya oleh Islam.Islam juga agama yang
mewajibkan untuk mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah.
Jangan dibalik! Apalagi disebabkan karena posisi di masyarakat, tekanan sosial,
takut dijauhi, takut ditinggal jama’ah, takut dimarahi, takut menyalahi arus,
atau takut dibenci manusia atau semisal dengan alasan-alasan ini.
Contoh: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dimintai
sesuatu oleh shahabatnya, yang nota benenya, mereka adalah orang yang sangat
butuh untuk disikapi lembut, agar hati mereka teguh di dalam Islam. Tapi karena
yang mereka minta adalah perkara yang merupakan sarana kesyirikan, maka
beliaupun shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan sikap yang tegas dan keras
dihadapan mereka.
Abu Waqid Al Laitsy radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam pernah pergi ke daerah Khaibar, beliau melewati
sebuah pohon milik kaum musyrik, yang disebut pohon Dzatu Anwath, mereka (kaum
musyrik) menggantungkan senjata mereka di atasnya, maka para shahabat berkata:
“Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana milik mereka
(kaum musyrik)”. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Maha
Suci Allah, ucapan ini adalah sebagaimana perkataan kaumnya Musa (اجْعَلْ لَنَا
إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ) (yang artinya: Wahai Musa! Jadikanlah untuk kami
sebuah sembahan sebagaiman mereka memiliki sembahan), demi jiwaku yang berada
di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang sebelum kalian”.
HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani.
Contoh lain: Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, meskipun beliau berlemah lembut
ketika memanggil bapaknya, tetap saja beliau mencegah kemungkaran yang
dilakukan bapak beliau:
يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ
فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43) يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ
الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا (44) يَا أَبَتِ
إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا
(45)} [مريم: 43 - 45]
Artinya: “Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian
ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku
akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus”. “Wahai bapakku, janganlah kamu
menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah”. “Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa
azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan”. QS.
Maryam: 43-45.
Lihat bagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam tetap memanggil dengan
panggilan yang lembut tapi tetap juga AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR.
Pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah:
Pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah:
1)
Janganlah dengan dalih “Islam adalah agama yang lembut,
santun dan penuh kasih sayang“, akhirnya membenarkan yang salah atau
menyalahkan yang benar.
2)
Janganlah dengan dalih “Islam adalah agama yang lembut,
santun dan penuh kasih sayang“, akhirnya menyembunyikan kebenaran.
3)
Janganlah dengan dalih “Islam adalah agama yang lembut,
santun dan penuh kasih sayang“, akhirnya tidak berani mengatakan ini salah, ini
kesyirikan, ini bid’ah, ini maksiat dan tidak boleh dikerjakan.
Aisyah radhiyallah ‘anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa yang mencari keridhaan Allah dengan kemarahan manusia maka
Allah kan meridhainya dan menjadikan manusia ridha kepadanya, dan siapa yang
mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah akan murka
kepadanya dan menjadikan manusia murka kepadanya”. HR. Ibnu Hibban dan
dishahihkan oleh Al Albani. Abu Ali Ad Daqqaq rahimahullah (w: 516H) berkata:
“Orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu, sedang yang berbicara
dengan kebatilan adalah setan yang berbicara”. Lihat kitab I’lam Al Muwaqqi’in
dan Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim.
Agama
– agama besar yang dianut umat manusia di dunia antara lain agama Yahudi,
Nasrani, Hindu, Budha, dan Islam. Agama Yahudi, Nasrani dan Islam dikelompokkan
oleh para ahli ke dalam kelompok agama samawi dan para ahli lainnya
mengelompokkan agama Yahudi dan Nasrani tidak lagi dipandang agama samawi
karena mereka berpendapat bahwa kitab suci kedua agama tersebut telah mengalami
perubahan.
Dari
segi sifatnya
1)
Agama Misionari
Yaitu
agama yang menurut ajarannya harus disebarkan kepada seluruh umat manusia.
2)
Agama Non Misionari
Yaitu
tidak ada kewajiban dalam ajarannya untuk menyebarkan kepada seluruh umat.
Dari segi tempat
munculnya
1). Agama Semitik
1). Agama Semitik
Yaitu
agama yang lahir dalam kawasan Timur Tengah yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam
2). Agama Non Semitik
Yaitu agama-agama yang lahir diluar kawasan Timur Tengah seperti Hindu, Budha,
Yaitu agama-agama yang lahir diluar kawasan Timur Tengah seperti Hindu, Budha,
D.
HAKIKAT
AGAMA ISLAM
Menurut
istilah, Islam berarti ketundukkan dan kepatuhan kepada peraturan-peraturan
Allah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw untuk mencapai keselamatan dan
kesejahteraan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Jadi, Agama Islam adalah agama yang sesuai dengan
fitrah manusia, baik dalam hal ‘aqidah, syari’at, ibadah, muamalah dan lainnya.
Agama
Islam adalah satu – stunya agama wahyu yang memiliki kitab suci yang asli dan
autentik, tidak mengalami perubahan sejak diturunkannya pada abad ke -6 Masehi
sampai sekarang bahkan sampai akhir zaman. Ajaran Islam berlaku universal untuk
segala tempat dan bangsa serta berlaku abadi. Sebagaimana firman Allah swt. Dalam
Q.S Al-Anbiyaa’ (21):107
لِلْعَالَمِينَ
رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَاكَوَمَا
artinya
: Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Menurut
bahasa, Islam berasal dari kata salama yang
atinya damai atau selamat. Dalam Al-Qur’an kata tersebut digunakan dengan
beberapa perubahan dan tambahan.
a. Islam dengan kata salm yang berarti damai (Q.S Muhammad : 35, Q.S Al-Anfaal : 61)
b. Islam dengan kata aslama yang berarti menyerah (Q.S Ali-Imran : 83, Q.S An-Nisaa’ : 125
c.
Islam dengan kata istaslama-taslim
mustaslimun yang berarti penyerahan total kepada Allah (Q.S An-Nisaa’ : 65 )
d.
Islam dengan kata saliim yang berarti
bersih atau suci (Q.S Asy-Syu’ara’:89, Q.S Ash- Shaffaat : 84)
e. Islam dengan kata salaam yang berarti kesejahteraan(Q.S Az-Zumar : 73)
e. Islam dengan kata salaam yang berarti kesejahteraan(Q.S Az-Zumar : 73)
E.
ISLAM RAHMATAN LIL’ALAMIN
Kata
“islam” berasal dari bahasa arab yaitu “sailama” yang dimasdarkan
menjadi “islaman” yang berarti damai. Kata ‘rahmatan” berasal dari bahasa
Arab yaitu “rohima” yang
dimasdarkan menjadi “ rahmatan’ yang
artinya kasih sayang. Dan kata “Al-alamin”
berasal dari bahasa Arab yaitu “alam” yang dijama’kan menjadi “alamin” yang artinya alam semesta
yang mencakup bumi beserta isinya. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan
Lil’alamin adalah islam yang kehadirannya ditengah kehidupan masyarakat mampu
mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Agama
Islam diturunkan untuk menata kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraan di
dunia dan di akhirat. Bagi seorang muslim, Islam menjadi dasar dalam social
budaya yang tercermin dalam perilaku sehari-hari umatnya. Oleh karena itu Allah
swt memerintahkan umatnya agar menyesuaikan hidupnya dengan ajaran Islam secara
kaffah (menyeluruh). Sebagaimana
firman-Nya dalam Q.S Al-Baqarah : 208
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
artinya
: Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Islam
dalam arti damai, selamat, dan sejahtera itu mengisyaratkan suatu makna bahwa
seorang muslim selain mencari keselamatan untuk dirinya juga mampu memberikan
keselamatan kepada orang lain, sedangkan Islam dalam arti kepatuhan dan
ketundukkan kepada ajaran yang diturunkan Allah swt juga merupakan inti dari
agama yang diturunkan kepada rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad saw. Semua nabi
menuntun umatnya ke jalan yang lurus agar terciptanya keselamatan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat. Hal
ini tercermin dalam do’a Nabi Ibrahim As dan beberapa ayat dalam Al-Qur’an di
antaranya Q.S Al-Baqarah : 128
وَتُبْ مَنَاسِكَنَا وَأَرِنَا لَكَ
مُسْلِمَةً أُمَّةً ذُرِّيَّتِنَا وَمِنْ لَكَ
مُسْلِمَيْنِ وَاجْعَلْنَا رَبَّنَا
الرَّحِيمُ التَّوَّابُ أَنْتَ ۖ إِنَّكَ
عَلَيْنَا
artinya:
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua
orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami
umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Pengertian
kepatuhan dan kedamaian adalah mentaati aturan-aturan secaa menyeluruh
maksudnya keselamatan dan kedamaian ini merupakan buah dari kepatuhan dan
ketundukkan dalam malaksanakan ajaran-ajaran Allah swt. Ajaran Islam dalam
bentuk rahmatan lil’alamin terwujud dalam bentuk nilai dan norma yang harus
dimiliki oleh seorang muslim dalam pergaulan dengan sesama manusia dan
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammadong.
2009. Pendiddikan Agama Islam.
Makasar : Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UNM.
Abdullah,
Abd. Malik. 2009. Pendiddikan Agama Islam. Makasar : Tim
Dosen Pendidikan Agama Islam UNM.
Fuady,
Anwar. 2005. Pendiddikan Agama Islam.
Padang : Angkasa Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar