SUMBER
AJARAN ISLAM
A.
PENGERTIAN
AL-QURAN
Al-qur’an berasal dari
bahasa arab yaitu mashadar dari kata ( qa-ra-a) Hasbi ash-shiddieqy memberi
pengertian-pengertian karta al-qur’an dengan bacaan atau yang dibaca.
Al-qur’an adalah firman
allah yang di turunkan kepada nabi muhammad saw dalam dalam bahasa arab di
pindahkan dan di tulis secara mutawatir (pasti) yang tidak dapat di tandingi
oleh yang menentangnya serta menjadi ibadah dengan membacanya.
Secara Syari’at (Terminologi) adalah Kalam Allah
ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Naas.
تَنْزِيلا الْقُرْآنَ عَلَيْكَ نَزَّلْنَا نَحْنُ إِنَّا
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan:23)
تَعْقِلُونَ لَعَلَّكُمْ عَرَبِيًّا قُرْآنًا
أَنْزَلْنَاهُ إِنَّا
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya
berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga Al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya,
Allah ta’ala telah menjaga Al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya,
لَحَافِظُونَ لَهُ وَإِنَّا الذِّكْرَ نَزَّلْنَا نُ
نَحْ إِنَّا
“Sesungguhnya Kami-lah yang menunkan
Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(Al-Hijr:9)
Al-Qur’an disampaikan kepada kita
secara mutawatir, baik melalui tulisan atau bacaan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Dan terpelihara dari perubahan dan pergantian .
Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan atas kebenaran
dan kepastian isi Al-Qur’an itu, dengan kata lain Al-Qur’an itu benar-benar
datang dari Allah. Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam
Al-Qur’an merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang
masa. Banyak ayat-ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar datang
dari Allah.
Dalam surah An Nisa ayat 10 yang
artinya, “Sesungguhnya telah kami turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab
Al-Qur’an dengan membawa kebenaran”. Surah An Nahl ayat 89, “Dan telah kami
turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab Al-Qur’an untuk menjelaskan segala
sesuatu dan ia merupakan petunjuk, rahmat serta pembawa kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang
menerangkan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah.
Al-Qur’an turun di dua tempat yaitu:
1.
Di Mekkah atau yang
disebut Ayat Makkiyah. Pada umumnya berisikan soal-soal kepercayaan atau
ketuhanan, mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, ayat-ayatnya pendek dan
ditujukan kepada seluruh ummat. Banyaknya sekitar 2/3 seluruh ayat-ayat
Al-Qur’an.
2. Di Madinah atau yang
disebut Ayat Madaniyah. Ayat-ayatnya panjang, berisikan peraturan yang mengatur
hubungan sesama manusia mengenai larangan, suruhan, anjuran, hukum-hukum dan
syari’at-syari’at, akhlaq, hal-hal mengenai keluarga, masyarakat, pemerintahan,
perdagangan, hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan
sebagainya.
Beberpa komponen
istilah definisiv al-qur’an antara lain :
1. Al-qur;an
adalah kalamullah atau firman allah, bukan ucapan nabi atau manusia lainnya.
2.
Diturunkan
kepada nabi muhammad saw, yaitu tahun 611 m.
3.
Diturunkan
melalui perantar malaikat jibril secara berangsur-angsur, yaitu selam 22 tahun
3 bulan 22 hari kepada nabi muhammad saw.
4.
Dikumpulkan
dalam mushaf.
5.
Bernilai ibadah
bagi oembca dan pendengar.
6. Isinya
dimulai dari surah al-fatihah dan di akhiri dengan surah an-nas. Ini mengandung
arti bahwa susunan ayat-ayat al-qur’an bersifat teteap sejak diturunkannya
sampai sekarang yang berusia hampir lima belas abad.
Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur’an
:
1.
Memberi pedoman dan petunjuk hidup
lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh
bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode waktu.
2.
Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan
sehingga pendengar ayat suci al-qur’an dapat dipengaruhi jiwanya.
3.
Memberi gambaran umum ilmu alam
untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
4.
Memiliki ayat-ayat yang menghormati
akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum dunia manusia.
5.
Menyamakan manusia tanpa pembagian
strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang menentukan perbedaan manusia
di mata Allah SWT adalah taqwa.
6.
Melepas kehinaan pada jiwa manusia
agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam
jiwa.
7.
Dar i segi keindahan
bahasa, keindahan itu terdapat dalam penggunaan kata, susunan kata dan kalimat: ungkapan dan hubungan
antara satu ungkapan dengan lainya.
8.
Dari segi pemberitaan
menggenai kejadian masa lalu yang
kemudian terbukti kebenarannya, dan
sesuai pemberitaan Alquar’an kitab suci sebelumnya.
9.
Dari segi pemberitaan Alqur’an tentang hal-hal
yang akan terjadi ternyata memang kemudian terjadi.
10. Dari
kandungannya dan akibat kejadian alam dengan seisinya serta hubungan antara
satu dengan lainnya.
Terdapat lebih
daripada 10 nama Al-Quran dirakamkan oleh Allah dalam kitabNya. Nama-nama itu
menepati ciri-ciri dan kriteria Al-Quran itu sendiri.
1. Al-Kitab
(Kitab)
Perkataan Kitab di dalam bahasa Arab dengan baris tanwin
di akhirnya (kitabun) memberikan makna umum iaitu sebuah kitab yang tidak
tertentu. Apabila ditambah dengan alif dan lam di depannya
menjadi (Al Kitab) ia telah berubah menjadi suatu yang khusus (kata nama
tertentu). Dalam hubungan ini, nama lain bagi Al-Quran itu disebut oleh Allah
adalah Al-Kitab.
Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, (menjadi) petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa. (al-Baqarah: 2)
2. Al-Hudaa
(Petunjuk)
Allah SWT telah menyatakan bahawa Al-Quran itu adalah
petunjuk. Dalam satu ayat Allah menyatakan Al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia (2:185) dan dalam satu ayat yang lain Allah nyatakan ia sebagai
petunjuk bagi orang-orang betaqwa. (3:138 )
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya
diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil) … (al-Baqarah:
185)
3.
Al-Furqan (Pembeda)
Allah
SWT memberi nama lain bagi Al-Quran dengan Al-Furqan beerti Al-Quran sebagai
pembeda antara yang haq dan yang batil. Mengenali Al-Quran maka kesannya
sewajarnya dapat mengenal Al-Haq dan dapat membedakannya dengan kebatilan.
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hambaNya
(Muhammad) … (al-Furqan: 1)
4.
Ar-Rahmah (Rahmat)
Allah menamakan
Al-Quran dengan rahmat kerana dengan Al-Quran ini akan melahirkan iman dan
hikmah. Bagi manusia yang beriman dan berpegang kepada Al-Quran ini mereka akan
mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan tersebut.
Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Quran
itu) hanya akan menambah kerugian. (al-Isra: 82)
5.
An-Nuur (Cahaya)
Panduan yang Allah gariskan dalam Al-Quran menjadi
cahaya dalam kehidupan dengan mengeluarkan manusia daripada taghut kepada
cahaya kebenaran, daripada kesesatan dan kejahilan kepada kebenaran ilmu,
daripada perhambaan sesame manusia kepada mengabdikan diri semata-mata kepada
Yang Maha Mencipta dan daripada kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan
akhirat.sebagaimana firman allah dalam Qs. Al-Maidah : 17 yang artinya:
“Dengan kitab itulah Allah
memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keredhaanNya kejalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula)Allah mengeluarkan orang itu dari kegelapan keada
cahaya dengan izinNya dan menunjukkan kejalan yang lurus.”
6. Ar-Ruuh (Roh)
Allah SWT telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada
rasulNya sebagai roh. Sifat roh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad
manusia tanpa roh akanmati, busuk dan tidak berguna. Dalam hubungan ini,
menurut ulama, Al-Quran mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat
dengan Penciptanya
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) Ruuh
(Al-Quran) dengan perintah Kami, … (ash-Shura: 52)
7. Asy-Syifaa’ (Penawar)
Allah SWT telah mensifatkan bahawa Al-Quran yang
diturunkan kepada umat manusia melalui perantara nabi Muhammad SAW sebagai
penawar dan penyembuh. Bila disebut penawar tentu ada kaitannya dengan
penyakit. Dalam tafsir Ibnu Kathir dinyatakan bahawa Al-Quran adalah penyembuh
dari penyakit-pnyakit yang ada dalam hati manusia seperti syirik, sombong,
bongkak, ragu dan sebagainya.
Wahai manusia! Sungguh, telah Kami datangkan kepadamu
pelajaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, penawar bagi penyakit yang ada di dalam
dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (Yunus: 57)
8. Al-Haq (Kebenaran)
Al-Quran dinamakan dengan Al-Haq kerana dari awal
hingga akhirnya, kandungan Al-Quran adalah semuanya benar. Kebenaran ini adalah
datang daripada Allah yang mencipta manusia dan mangatur system hidup manusia
dan Dia Maha Mengetahui segala-galanya. Oleh itu, ukuran dan pandangan dari
Al-Quran adalah sesuatu yang sebenarnya mesti diikuti dan dijadikan priority
yang paling utama dalam mempertimbangkan sesuatu.
Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali
engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu. (al-Baqarah: 147)
9. Al-Bayaan (Keterangan)
Al-Quran adalah kitab yang menyatakan keterangan dan
penjelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan buruk untuk mereka.
Menjelaskan antara yang haq dan yang batil, yang benar dan yang palsu, jalan
yang lurus dan jalan yang sesat. Selain itu Al-Quran juga menerangkan
kisah-kisah uma terdahulu yang pernah mengingkari perintah Allah lalu
ditimpakan dengan berbagai azab yang tidak terduga.
Inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk
semua manusia, dan menjadi petunjuk kepada seta pelajaran bagi orang-orang yang
bertakwa. (al-Baqarah Aali-Imran: 138 )
10. Al-Mau’izhah (Pengajaran)
Al-Quran yang diturunkan oleh Allah adalah untuk
kegunaan dan keperluan manusia, kerana manusia sentiasa memerlukan peringatan
dan pelajaran yang akan membawa mereka kembali kepada tujuan penciptaan yang
sebenarnya. Tanpa bahan-bahan pengajaran dan peringatan itu, manusia akan
terlalai dan alpha dari tugasnya kerana manusia sering didorong oleh nafsu dan
dihasut oleh syaitan dari mengingati dan mentaati suruhan Allah.
Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Quran untuk
peringatan, maka adakah orang yang mahu mengambil pelajaran? (daripada Al-Quran
ini).(al-Qamar: 22)
11. Adz-Dzikr (Pemberi Peringatan)
Allah SWT menyifatkan Al-Quran sebagai adz-dzikra
(peringatan) kerana sebetulnya Al-Quran itu sentiasa memberikan peringatan
kepada manusia kerana sifat lupa yang tidak pernah lekang daripada manusia.
Manusia mudah lupa dalam berbagai hal, baik dalam hubungan dengan Allah,
hubungan sesame manusia mahupun lupa terhadap tuntutan-tututan yang sepatutnya
ditunaikan oleh manusia. Oleh itu golongan yang beriman dituntut agar sentiasa
mendampingi Al-Quran. Selain sebagai ibadah, Al-Quran itu sentiasa memperingatkan
kita kepada tanggungjawab kita.
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-zikra
(Al-Quran) dan Kamilah yang akan menjaganya (Al-Quran). (al-Hijr: 9)
12. Al-Busyraa (Berita Gembira)
Al-Quran sering menceritakan khabar gembira bagi
mereka yang beriman kepada Allah dan menjalani hidup menurut kehendak dan jalan
yang telah diatur oleh Al-Quran. Khabar-khabar ini menyampaikan pengakhiran
yang baik dan balasan yang menggembirakan bagi orang-orang yang patuh dengan
intipati Al-Quran. Telalu banyak janji-janji gembiran yang pasti dari Allah
untuk mereka yang beriman dengan ayat-ayatNya.
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan
setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan
engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Quran)
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan
khabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim). (an-Nahl: 89)
B.
KANDUNGAN
AL-QURAN
Di
dalam surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran terkandung kandungan yang secara garis
besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta
pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu
sebagaimana berikut ini:
1.
Aqidah
Aqidah
adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib
dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-Quran mengajarkan aqidah tauhid kepada
kita yaitu menanamka keyakinan terhadap Allah SWT yang satu, tidak pernah tidur
dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun
iman yang pertama. Orang yang tidak percaya rukun iman disebut sebagai orang
kafir.
2. Ibadah
Ibadah
adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Darti pengertian
“fuqaha” ibadah adalah segala bentuk kataatan yang dijalankan atau dikerjakan
untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama
islam yakni yang tercantum dalam rukun islam.
3.
Akhlak
Akhlak
adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji (akhlakul
karimah) maupun yang tercela (akhlakul madzmumah). Allah SWT mengutus nabi
Muhammad SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlak
manusia. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi
laranganNya.
4.
Hukum-Hukum
Hukum
yang ada di Al-Quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang
beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman pda manusia yang
terbukti bersalah.
5.
Peringatan
/ Tadzkir
Peringatan
/ Tadzkir adalah sesuatu yang member peringatan kepada manusi aka ancaman Allah
SWT berupa siksa neraka waa’id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi
orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surge jannah
atau waa’ad. Disamping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam
Al-Quran atau disebut juga targhib dan gambaran yang menakutkan dengan istilah
lainnya tarhib.
6.
Sejarah-Sejarah
atau Kisah-Kisah
Sejarah
atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang terdahulu baik yang mendapatkan
kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan
akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari segi sejarah
masa lalu atau dengan istilah ikibar.
7.
Dorongan
untuk berfikir
Di
dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan
pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenrannya,
terutama mengenai alam semesta.
C.
PERANAN
AL-QURAN
Peranan Al-Quran
sebagai berikut:
1. Al-Quran
diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Terdapat dalam surat Al-Baqarah Ayat
185 berikut terjemahannya.
“(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil)”.
2. Al-Quran
diturunkan Allah SWT ke muka bumi untuk memberikan penjelasan tentang segala
sesuatu, sehingga memiliki pedoman dan arahan yang jelas dalam melaksanakan
tugas hidupnya sebagai makhluk Allah SWT. Terdapat dalam surat An-Nahl ayat 89
berikut terjemahannya.
“Dan
kami turunkan kepadamu al-kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu”.
3. Al-Quran
sebagai penawar jiwa yang haus (syifa). Al-Quran berfungsi sebagai obat
(penawar) bagi manusia, sebagai-mana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat
82 berikut terjemahannya.
“Dan
kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian”.
4. Sebagai
mau’izhah atau pembelajaran yang akan
mengajar dan membimbing umat dalam kehidupannya untuk mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Terdapat dalam surat Yunus ayat 57 berikut terjemahannya.
“Wahai
manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dan Tuhanmu dan obat bagi
dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
5. Sebagai
busyra yaitu berita gembira bagi
orang yang telah berbuat baik kepada Allah SWT dan sesama manusia. Terdapat dalam
surat An-Naml ayat 1-2 berikut terjemahannya.
“Tha
Syin. (surat) ini adalah ayat-ayat Al-Quran, dan (ayat-ayat), kitab yang
menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang
beriman”.
6. Sebagai
Mushaddiq atau pembenar terhadap
kitab yang datang sebelumny, dalam hal ini adalah: Taurat, Zabur dan Injil.
Terdapat dalam dalam surat Ali Imran
Ayat 3 berikut terjemahannya.
“Dia
menurunkan al-kitab (Al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab
yang telah diturunkan sebelumanya….“.
7. Sebagai
nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan
manusia dalam menempuh jalan menuju keselamatan. Terdapat dalam surat al-Maidah
ayat 46 berikut terjemahannya.
“di
dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya”.
8. Sebagai
sumber hukum. Terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 105 berikut terjemahannya.
“Sesungguhnya
kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat”.
9. Sebagai
hakim yaitu sumber kebijaksanaan sebagaimana. Terdapat dalam surat Luqman ayat
2 berikut terjemahannya.
“inilah
ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah”.
D.
SEJARAH
PEMELIHARAAN AL-QURAN
1.
Pemeliaharaan
Al-Quran pada Masa Nabi Muhammad SAW.
Pada
masa Rasulullah Al-quran di pelihara sedemikian rupa. Cara yang paling terkenal
untuk memelihara Al-Quran adalah dengan mengahfal dan menulisnya. Selain
menghafal, Rasul memerintahkan agar para sahabat yang pandai menulis, segera
menuliskan ayat-ayat Al-Quran yang telah mereka hafal. Penulisan tersebut
diurut sesuai dengan perintah nabi, setelah itu baru disimpan. Selain menulis
ada juga para sahabat yang terkemuka menghafal Al-Quran menurut hadist Bukhari
adalah:
a.
Abdullah ibnu Mas’ud
b.
Salim bin Mu’aqli, dia
adalah Maula Abu Huzaifah
c.
Mu’az bin Jabal
d.
Ubay bin Ka’ab
e.
Zaid bin Tsabit
f.
Abu Zaid bin Sukun
Menurut
sumber hadis Bukhri. Bahwa tujuan orang tersebutlah yang bertanggung jawab
mengumpulkan Al-Quran menurut apa yang mereka hafal itu dan yang dihafalnya itu
dikembalikan kepada Rasul, melalui sanad-sanad mereka ini lah Al-Quran sampai
kepada kita seperti yang ada sekarang.
Terdapat tiga
unsur yang dapat memelihara Al-Quran yang telah diturunkan, yaitu:
a.
Hafalan mereka yang
hafal Al-Quran
b.
Naskah-naskah yang ditulis
oleh Nabi
c.
Naskah-naskah yang ditulis oleh merka yang pandai menulis
dan membaca untuk mereka masing-masing.
Ketika
Nabi wafat, Al-Quran tersebut telah sempurna di turunkan dan telah di hafalakan
oleh ribuan manusia, dan telah dituliskan semua ayat-ayatnya. Semua ayatnya disusun
dengan tertib menurut urutan yang ditunjukan sendiri oleh Nabi. Mereka telah mendengar
Al-Quran itu dari mulut nabi sendiri berkali-kali dalam shalat, dan khutbah.
pendek kata Al-Quran tersebutlah terlah terjaga dengan baik.
Suatu
hal yang menarik perhatian, ialah Nabi baru wafat dikala Al-Quran itu telah
cukup diturunkan, dan Al-Quran itu sempurna di turunkan di waktu Nabi telah
mendekati masanya untuk kembali kehadirat Allah SWT. Hal ini bukan suatu kebetulan saja, tapi telah di aatur oleh yang
maha Esa.
2. Pemeliharaan Al-Quran
pada zaman Abu Bakar.
Setelah Rasulullah SAW wafat,
pemerintahan islam dipegang oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menjabat
menggantikan rasulullah SAW. Belia menghadapi beberapa peristiwa besar bekenaan
dengan kemurtadan sebagi orang Arab. Karena itu beliau menyiapkan pasukan untuk
memerangi orang-orang murtad itu.
Salah
satu peperangan yang terjadi adalah peperangan yahmamah yang terjadi pada tahun
12 H yang melibatkan para penghafal Al-Qur’an, dalam peperangan ini terdapat 70
qurra’ atau hafiz Al-Qur’an yang gugur. Umar bin Khatab merasa resah dengan
banyaknya para sahabat penghafal Al-Qur’an wafat terbunuh dalam peperangan,
lalu umar menghadap ke Abu Bakar dan menyampaikan berita tentang banyaknya
qurra’ yang wafat, setelah itu Umar mengumpulkan agar Al-Qur’an di mushafkan
agar Al-Qur’an tidak di musnahkan, karna itu umur khawatir banyaknya nanti para
penghafal Al-Qur’an terbunuh kembali dalam peperangan selanjutnya.
3.
Pemeliharaan Al-qur’an pada zaman Utsman bin Affan
Di masa Ustman bin Affan, pemerintahan
mereka telah sampai ke Armenia dan Azarbaiyan di sebelah Timur dan Tripoli di
sebelah Barat. Dengan demikian kelihatan lah bahwa kaum muslimin di waktu itu
telah terpencar-pencar di Mesin, Syariah, Irak, Persia dan Afrika. Kemanapum
mereka pergi dan mereka tinggal, Al-qur’an itu tetap menjadi imam mereka, di
antara mereka banyak menghafal Al-qur’an itu. Pada mereka terdapat
naskah-naskah Al-qur’an, tetapi naskah-naskah yang mereka punya itu tidak sama
susunan surat-suratnya. Asal mulanya perbedaan tersebut adalah karena Rosullah sendiripun memberikan
kelonggaran kepada kabila-kabilah arab yang berada di masanya untuk membaca dan
melafalkan Al-qur’an itu menurut dialok mereka masinng-masing. Kelonggaran ini
di berikan oleh Nabi supaya mereka ,menghafal Al-qur’an. Tetapi kemudian
terlihat tanda-tanda
Bahwa
perbedaan bacaan tersebut bila di biarkan akan mendatanngkan perselisihan dan
perpecahan yang tidak di inginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Orang pertama yang
memperhatikan hal ini adalah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman. Ketika beliau ikut dalam
pertempuran menaklukan Armenia di Azerbaiyan, dalam perjalanan dia pernah
mendengar pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al-qur’an, dan
pernah mendengar perkataan seorang muslim kepada temannya : “bacaan saya lebih
baik dari pada bacaanmu”.
Keadaan
ini mengagetkanya, pada waktu dia telah kembali ke Madinah, segera ditemuinya
Ustman bin Affan dan kepada beliau ceritakanya apa yang di lihatnya mengenai
pertingkaian kaum muslimin tentang bacaan Al-qur’an itu seraya berkata :
“Susunlah umat Islam itu sebelum mereka berselisih tentang Al-kitab, sebagai
perselisihan Yahudi dan Nasara ( Nasrani )”.
Maka
khalifa Utsman bin Affan meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al-qur’an
yang di tulis di masa khalifah Abu Bakar yang di simpan olehnya untuk di salin.
Oleh Utsman di bentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai
ketua, Abdullah bin Zubair, sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin
Hisyam.
Tugas
panitia ini adalah membukukan Al-qur’an dengan menyalin dari lembaran-lembaran
tersebut menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Ustman menasehatkan agar:
a.
Mengambil pedoman kepada bacaan merekayang hafal Al-qur’an.
b. Bila
ada pertikaian antara mereka tentang bahasa (bacaan),
maka
haruslah dituliskan sebagai dialog meraka.
Maka
tugas tersebut dikerjakan oleh para panitia, dan setelah tugas selesai, maka
lembaran-lembaran Al-qur’an yang dipinjam dari hafsah itu dikembalikan
padanya.Al-qur’an yang telah dibukukan itu dinamai dengan “Al-Mushaf”, dan oleh panitia ditulis lima buah Al-mushaf, empat
buah diantaranya dikirim ke Mekkah, Damaskus, Basrah dan Kufah, agar di
tempat-tempat tersebut disalin pula dimasing-masing Mushaf itu, dan satu buah
ditinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan “Mushaf Al-Imam”.
Setelah
itu Utsman memerintahkan mengumpulkan semua lembaran-lembaran yang bertuliskan
Al-qur’an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya. Maka dari Mushaf yang
ditulis di zaman Utsman itulah kaum Muslimin di seluruh pelosok menyalin
Al-qur’an itu. Denagn demikian, maka pembukuan Al-qur’an dimasa Utsman memiliki
faedah diantaranya.
1.
Menyatakan kaum Muslimin pada satu macam Mushaf
yang seragam ejaan tulisannya.
2. Menyatukan
bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu tidak berlawanan
dengan Mushaf-Mushaf Utsman. Sedangkan bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan
Mushaf-Mushaf Utsman tidak dibolehkan lagi.
3.
Menyatukan tertib susunan surat-surat, menurut tertib urut seperti pada
Mushaf-Mushaf sekarang. Di samping itu Nabi menganjurkan
agar para sahabat-sahabat yang menghafalnya baik satu surat, atupun seluruhnya.
4.
Pemiliharaan Al-Qur’an Pada Masa Tabi’in.
Setelah
berakhirnya zaman Khalifah yang empat, timbul zaman Bani Umayyah. Kegiatan para
sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka yang tertumpu dan
penyebaran ilmu-ilmu Al-qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran, secara
lisan bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan-kegiatan ini dipandang
sebagai persiapan bagi masa pembukaannya. Orang-orang yang paling berjasa dalam periwayatan ini adalah khalifah yang
empat, Ibnu Abbas, Ibnu Masud, Zaid Ibnu Tsabit, Abu Musa Al-Asy’an, Abdullah
Ibnu Al-Zubair. Sedangkan dari kalangan sahabat Mujahid, ‘Atha, Ikrimah,
Qatadah, Al-Hasan Al Bashri, Said Ibn Jubair, Zaid Ibn Aslam di Madinah.
Dari Aslam, Ilmu ini diterima oleh putranya
Abd Al-Rahman, Malik Ibn Anas dari generasi Tabi’in Al-tabi’in. mereka ini
semuanya dianggap sebagai peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu
tafsir, ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh
dan mansukh, ilmu gharib Al-qur’an dan lainya. (kemudian, Ulumul Qur’an
memasuki masa pembukuan pada abad ke-2 H) para ulama memberikan prioritas
perhatian mereka kepada-ilmu tafsir karena fungsinya sebagai Umm Al-Ulum
Al-Qurani’ah (Induk Ilmu-Ilmu Al-Qur’an). Para penulis pertama dalam tafsir
adalah Syu’bah Ibn Al-Hajjaj, Sufyan Ibn ‘Uyaynah dan Wali Ibn Al-Jarrah.
Kitab-Kitab, tafsir mereka menghimpun
pendapat-pendapat sahabat dan tabi’in.
Pada abad ke-3 menyusul tokoh tafsir Ibn
Jarir Al-Thabari. Al-thabari adalah mufassir pertama membentangkan bagi
berbagai pendapat dan mentarjih sebagainya atas lainnya. Ia juga mengemukakan
I’rab dan istinbath (penggalian hukum dari Al-qur’an). Di abad ke-3 ini juga
lahir ilmu asbab Al-Nuzul, ilmmu masikh dan mansukh , ilmu tentang ayat-ayat
makiah dan madaniah. Guru Imam Al-Bukhari, Ali Ibn Al-Madaniyah. Guru Imam
Al-bukhari, Ali ibn Al-madini mengarang asbab Al-Nuzul; Abu “Ubaid Al-Qasim Ibn
Salam. Mengarang tentang nasikh dan mansukh, qiraat dan keutamaan-keutamaan
Al-Quran; Muhammad ibn Ayyub Al-dari tentang ayat-ayat turun d mekkah dan
madinah ; Muhammad ibn khalaf Ibn Al-Mirzaban (W. 390II) mengarang kitab
Al-Hawi fi-‘ulum Al-quran.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman L,Abd.Dkk.2014.Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi Umum. Padang: UNP
Press.
Masyur Kahar. 2004. Pokok-pokok Ulmul Qur’an. Jakarta: PT
Melon Putra
Mukazir AS. 2004. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka
litera Antarnusa
Al-qaththan Manna’. 2004. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-kaustar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar