AKHLAK
A. PENGERTIAN AKHLAK
Secara bahasa bentuk
jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah laku, perangai dan
tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi
Kata “Akhlak” berasal
dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat
hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun
yang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak
bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya
:
1. Ibnu Maskawaih
memberikan definisi sebagai berikut:
حَالً لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لهَاَ اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ
غَيْرِ فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya :“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.
2. Imam Al-Ghozali
mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ
عَنْهَا تَصْدُرُ اْلَافْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍمِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى
فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya :”Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
3. Prof. Dr. Ahmad Amin
memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang
dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
عَرَفَ بَعْضُهُمْ
اْلخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلِارَادَةِ يَعْنِى أَنَّ اْلِإرَادَةَ اِذَا
اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya : “ Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa
yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu
bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
B. RUANG LINGKUP AKHLAK
Membahas tentang
perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut
tergolong perbuatan baik atau buruk.Obyek pembahasan ilmu akhlak adalah
berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang
Menurut Muhammmad al-Ghazali kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
Menurut Muhammmad al-Ghazali kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
- Ruang Lingkup Akhlak dilihat dari sisi hubungannya
Manusia adalah makhluk ciptaan
Allah.Maka tidaklah mungkin kita dapat berpisah denganNya karena kitapun disini
diberi amanat untuk hidup.Maka tidaklah kita bisa lepas dari tidak berinteraksi
atau muamalah dengan yang lainnya. Adapun ruang lingkup akhlak yang dilihat
dari sisi hubungannya sebagai berikut:
a. Akhlak Manusia dengan
sang kholiq (Allah)
Kita adalah makhluk ciptaannya maka sebagai makhluk yang
taat kita harus berakhlak dengan akhlak yang baik kepada Tuhan kita, maka kita
harus menuruti semua perintahnya dan menjadi larangan itu. Pada dasarnya
kita harus bertaqwa. Missal, kita sebagai makhluk diwajibkan untuk menuntut
ilmu dan kita melakukannya maka disitu kita menjalankan perintahNya. Jika kita
patuh dan taat IsyaAllah kita telah membangun hubungan akhlak yang baik dengan
sang kholik.
b. Akhlak dengan sesama
manusia
Manusia adalah makhluk social, yang saling membutuhkan, maka
dari itu perlulah kita bangun dan perbaikai kerusakan-kerusakan dalam Islam
termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orang-orang beriman.
Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana
satu anggaota badan dengan anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat.
Hak orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara :
1)
Apabila bertemu dengan sesama maka ucapkanlah salam
2)
Apabila mendapat undangan maka hadirilah
3)
Apabila meminta nasihat maka berilah nasihat
4)
Apabila bersin maka doakanlah
5)
Apabila ada yang sakit maka jenguklah
6)
Apabila ada yang meninggal dunia maka kuburkanlah
Akhlak terhadap sesama manusia ini
berlaku untuk setiap manusia, saling tolong-menolong. Karena dengan kondisi
masyarakat yang mayoritas berakhlak dengan akhlak yang baik, maka ketentraman,
kenyamanan, ketenangan dan sebagainya akan tercapai dan itulah sebuah
persatuan.
c. Akhlak terhadap
lingkungan
Hubungan manusia dengan lingkungannyaMateri yang dipelajari
meliputi akhlak menusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang
luas, maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Yunahar Ilyas membagi pembahasan akhlak dengan enam bagian,
yaitu:
1.
Akhlak terhadap Allah swt.
2. Akhlak terhadap Rasulullah saw.
3. Akhlak pribadi
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak bermasyarakat
6. Akhlak bernegara.
2. Akhlak terhadap Rasulullah saw.
3. Akhlak pribadi
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak bermasyarakat
6. Akhlak bernegara.
2.
Ruang Lingkup Akhlak dilihat dari sisi sifatnya
Sifat adalah sesuatu yang melekat pada bendanya dan tidak
bisa lepas, sehingga jadilah sebuah sesuatu yang disifati kepada benda
tersebutan.Jika dilihat dari sifatnya maka akhlak terbagi menjadi dua bagian,
pertama, akhlaqqul karimath.kedua, akhlakul madzmumah.
a. Al-akhlakalkarimah
(akhlak terpuji)
“karimah” itulah sifat yang melekat pada aspek ini
yaitu terpuji, sehingga ketika ada yang ingin berbuat sesuatu dan
akhirnya mendapatkan sebuah kekaguman atau pujian, maka itu dapat disebut
akhlakul karimah. Tndakan yang dapat dikatakan terpuji adalah tindakan yang tidak
merugikan orang lain, yakni tindakan yang memeberikan manfaat baik untuk
dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.
b. Al-akhlakalmazdmumah
(akhlak tercela)
madzmumah” itulah sifat yang
melekat pada perilaku ini, sesuatu yang dikatakan buruk dan membuat oaring
tidak senang karena tidak sesuai dengan yang diharapkan dan juga bernilai
negative. dan ketika ada orang yang berakhlak dengan akhlak yang madzmumah
maka ia akan mendapatcelaan dari orang-orang disekelilingnya atau berbuat hal
yang tidak menyenangkan. Ketika hal itu dilakukan untuk Allah maka, Allah swt
akan memberikan
C.
UKHUAH ISLAMIAH
Ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan Islam) / ukhuwah filLah (persaudaraan kerana Allah) ialah
segugusan perasaan saling hormat menghormati, percaya mempercayai, mahabbah dan
kasih sayang antara sesama individu atas asas aqidah Islamiyah, atau iman dan
taqwa.
Ia juga adalah suatu
jalinan / perpaduan antara dua hati orang-orang beriman, yang tulus ikhlas,
sama-sama menikmati; suasana kesetiaan dan kejujuran dalam persahabatan /
persaudaraan, saling mendahulukan kepentingan saudara, berat sama dipikul
ringan sama dijinjing, senang sama ketawa gembira, susah sama menangis berduka,
ke gunung sama didaki ke lurah sama dituruni, menelentang sama menadah embun
meniarap sama memamah pasir.
Ukhuwah Islamiyah adalah
satu tuntutan agama.
Firman Allah swt:
إنَّمَا المُؤْمِنُونَ
إِخْوَة
“Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara.”
[Qs.49 (al-Hujuraat):10]
Firman ini menegaskan
bahawa ukhuwah Islamiyah merupakan, nikmat suci yang menyinari hati-hati yang
diredhai Allah swt, hati-hati yang sempurna iman. Suatu anugerah pemberian
Allah Ar-Rahman Ar-Rahim kepada hamba-hambaNya yang benar-benar beriman dan
benar-benar ikhlas.
Ukhuwah Islamiyah / ukhuwah
fillah,merupakan satu sifat yang mengiringi keimanan; TIADA UKHUWAH TANPA IMAN
DAN TIDAK SEMPURNA IMAN TANPA UKHUWAH. Jalinan persahabatan tanpa keimanan
hanya merupakan pertemuan kerana kepentingan, saling bertukar budi, bila tiada
lagi kepentingan, persahabatan itu pun luput dan lenyap ditelan masa. Keimanan
yang tidak membuahkan ukhuwah, petanda iman tidak sempurna, iman yang tidak
sihat yang memerlukan rawatan.
1.
Keutamaan ukhuwah
Keutamaan ukhuwah dapat
dilihat daripada faedah-faedahnya yang banyak :
a.
Mendapat Kecintaan Allah swt.
Dua hati, antara dua orang
yang bersahabat, yang menjalin persahabatan atau persaudaraan kerana Allah swt,
akan mendapat balasan dari Allah swt iaitu Allah Ta’ala akan mencintai
kedua-dua mereka. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan daripada RasululLah saw:
“Bahawa seorang lelaki pergi menziarahi saudaranya yang tinggal di sebuah
kampung, lalu Allah Ta’ala mengutus seorang malaikat untuk mengawasi
perjalanannya itu. Ketika sampai, malaikat bertanya: “Hendak bertemu siapa?”
Jawab lelaki itu: “Saya hendak bertemu dengan saudara saya yang tinggal di
kampung ini.” Malaikat bertanya pula: “Apakah kamu akan dapat sesuatu
daripadanya?” Jawab lelaki itu: “Tidak, tetapi saya mengasihi, merinduinya
kerana Allah.” Malaikat berkata: “Aku diutus Allah kepadamu untuk memberitahu,
bahawa Allah mencintamu seperti mana kamu mencintai saudaramu itu.” Allahu
Akbar wa lilLahi al-Hamd…adakah di sana cinta agung tandingan yang didamba setiap
sekeping hati selain cinta agung yang tulus mulus dan terjamin tidak ada masa
surut, khianat dan curangnya ini?.
b.
Mendapat perlindungan Allah Ta’ala di hari
akhirat
Daripada Abu Hurairah r.a.
bahawa RasululLah saw bersabda:
“Pada hari kiamat, Allah akan berfirman
(menyeru): “Manakah orang-orang yang (dulu semasa di dunia) saling mencintai
kerana KeagunganKu? Hari ini Aku akan melindungi mereka, sebab hari ini tidak
ada perlindungan selain daripada perlindunganKu.”” [Hadis
Muslim]
c.
Berada di atas mimbar-mimbar cahaya
Hadis qudsi daripada
‘Ubadah bin Shomit, Allah swt berfirman; “KecintaanKu hanya untuk orang-orang
yang saling mencintai, saling menghubungkan silaturrahim dan saling berkorban
keranaKu. Orang-orang yang saling mencintai keranaKu, akan berada di atas
mimbar-mimbar cahaya. Para nabi, sahabat dan syuhada merasa cemburu terhadap
mereka”. [Hadis Ibnu Hibban dll]
d.
Beribadah dengan amal yang paling utama.
Daripada Mu’az bin Anas,
RasululLah saw telah ditanya: tentang apakah amal yang paling utama?, Jawab
RasululLah saw: “Kamu mencintai dan membenci kerana Allah dan kamu menggunakan
lidahmu untuk mengingatiNya.” RasululLah saw ditanya lagi: “Apa lagi wahai
RasululLah?” RasululLah saw menjawab: “Bahawa kamu suka untuk manusia apa yang
engkau suka untuk dirimu sendiri dan engkau tidak suka untuk manusia apa yang
engkau tidak suka untuk dirimu sendiri.” [Hadis Imam Ahmad]
e.
Terhindar dari rasa takut dan dukacita
Umar r.a meriwayatkan,
bahawa RasululLah saw bersabda:
“Di antara hamba-hamba
Allah ada manusia yang bukan para nabi dan bukan pula para syuhada, tetapi pada
hari qiamat para nabi dan para syuhada cemburu kepada mereka kerana kedudukan
(istimewa)nya di sisi Allah.” Para sahabat bertanya; “Wahai RasululLah! Beritahu
kami siapakah gerangan mereka itu?” Rasulullah saw menjawab: “Mereka adalah
orang-orang yang saling mencintai kerana Allah, bukan kerana hubungan keluarga
dan bukan kerana harta yang mereka saling berikan. Demi Allah! Muka mereka itu
bercahaya, mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang
lain merasa takut, tidak berdukacita ketika orang lain berdukacita”.
Kemudian RasululLah saw membacakan ayat:
أَلآ إِنَّ أَوْلِيَاءَ
اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ
“Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut dan mereka tidak
bersedih hati”. [QS.10 (Yunus):(62)]
f.
Terampun segala dosa.
Riwayat ath-Thabrani,
RasululLah saw bersabda:
“Sesungguhnya seorang
muslim apabila bertemu dengan saudara muslimnya, lalu berjabat tangan, gugurlah
dosa kedua-duanya sebagaimana berguguran daun-daun dari pohon ke bumi di suatu
hari yang berangin kencang, diampunkan dosa kedua-duanya walaupun dosanya
seperti buih di lautan”.
g.
Mengecapi kemanisan iman
RasululLah saw bersabda:
“Tiga perkara, sesiapa yang
terdapat ketiga-tiga perkara tersebut dalam dirinya, ia akan mengecapi
kemanisan iman, iaitu; bahawa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari yang
lain, bahawa ia tidak mengasihi seseorang kecuali kerana Allah dan bahawa ia benci
kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilontarkan ke dalam
neraka”.
2.
Menumbuhkan rasa persaudaraan.
Melihat kepada faedah
ukhuwah yang banyak itu, sudah pasti kita semua ingin meraihnya. Justeru,
bagaimanakah menumbuhkan rasa persaudaraan itu.
a. Iman yang
sempurna.
Keimanan yang sempurna
menuntut setiap mukmin menjalankan urusan setiap aspek kehidupannya berdasarkan
hukum-hukum al-Quran dan hadis-hadis RasululLah saw. Mukmin ini bagaikan
al-Quran yang berjalan di muka bumi. Wahyu-wahyu Allah SWT adalah amal
perbuatan, denyut nadi dan jantungnya. Pada ketika itu jiwa-jiwa para mukmin
bertaut dalam satu kesatuan padu, kesatuan akidah, matlamat, neraca, pemikiran,
perasaan dan lain-lain lagi.
Imam Malik hairan melihat
seekor merpati berkawan dengan seekor gagak, spontan ia berkata: “Kedua-duanya
dapat bersatu, padahal jenisnya tidak sama?.” Ketika burung itu terbang, ia
melihat kedua-dua burung itu dalam keadaan cacat, lalu ia berkata: “Sebab
itulah burung itu dapat bersatu”.
b. Menyebar dan menghayati ucapan salam
Nabi saw bersabda:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ
لاَ تَدْخُلُوا جَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى
تَحَابُّوْا
أَلآ أَدُلُّكُمْ عَلَى
شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتَمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.
“Demi Allah yang jiwaku
berada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman dan
kamu tidak (sempurna) beriman sehinggalah kamu saling mencintai, mahukah aku
tunjukkan suatu perkara, apabila kamu lakukan, kamu akan saling berkasih
sayang? Sebarkanlah salam di antara kamu”. [Hadis Muslim]
Firman Allah :
وَ مَا يَنْطِقُ عَنِ
الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
"Tiadalah
yang diucapkan (oleh Muhammad) itu menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapan itu
tidak lain adalah wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya“
[QS. 53 (An-Najm), 3-4]
Menyebarkan salam, “
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه” bukanlah sekadar ucapan
di bibir sahaja. Ucapan salam bukan azimat atau tongkat sihir, bila diucapkan,
terus menyentuh hati-hati yang hitam oleh asap kemungkaran, kedengkian, saling
sakit hati, bermusuhan, berkelahi, tuduh menuduh, curiga mencurigai, tiba-tiba
secara spontan akan menjadi putih, bersinar dengan nur kasih sayang dan
ukhuwah. Sudah tentu tidak! Tetapi pastikan ucap salam itu mengandungi tiga
pengertian yang luhur ini:-
v Pertama:
Mengandung Arti Cinta dan Kasih-Sayang.
Bila bertemu dengan saudara
muslim, tunjukanlah wajah ceria dan bahagia, hulurkanlah tangan dan jabatlah
tangan saudaramu dengan ikhlas dan penuh rasa kasih-sayang. Buangkan segala
rasa negatif yang bersarang di hati antara kamu berdua oleh hasutan syaitan
terkutuk!!!. Satukan kedua-dua hatimu dengan ikatan kasih sayang, iringi ucapan
salam itu dengan lafaz; “ يَا أَخِى – اختى إِنِّى أُحِبُّكَ ”
Maksud "Saudaraku, aku sayang / kasih padamu".
Jawablah
bisikan kasih cinta saudaramu dengan lafaz; “أَحَبَّكَ اللهُ الَّذِىْ
مِنْ اَجْلِهِ اَحْبَبْتَنِي ”
Bermaksud " Semoga Allah menyayangi / mengasihi -mu yang
demi Dia kamu menyayangi / mengasihi -ku".
Ucapan salam adalah tanda
kasih-sayang di antara dua hati yang saling menyayangi. Justeru itu jangan
diucapkan dengan jiwa hampa, sambil lewat, dingin dan tanpa semangat tetapi ucapkanlah
dengan penuh rasa rindu, cinta kasih dan semangat persaudaraan Islam kerana
mengucapkan salam kepada saudara seagama (akhi filLah) bererti memohon
dicurahkan rahmat dan berkat kepadanya daripada Allah ‘Azza wa Jalla Pencipta
Langit, maka janganlah ini dipandang remeh.
v Kedua: Ucapan salam di awal pertemuan,
adalah suatu perisytiharan “PEACE”
damai, aman, tenang dan sejahtera kerana dalam suasana bersama-sama itu, apa
yang didamba hanya untuk menikmati suasana yang menyenangkan dan membahagiakan.
Bahawa kedua-duanya benar-benar tidak akan menyakiti, tidak membahayakan saudaranya,
tidak akan berdusta, menipu, berbuat jahat, bermusuh, mengumpat, mencaci, buruk
sangka serta menghina dan tidak akan melakukan suatu apa pun yang menyakiti
saudaranya. Seandainya hal itu terjadi bererti ucapan salam itu dusta dan
hanyalah omong kosong. Apakah balasan bagi orang yang berdusta???!
Firman Allah:
إِنَّمَا يَفْتَرِى
الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِئَايَـتِ اللهِ
“Sesungguhnya
yang melakukan dusta, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat
Allah”. [QS. 16 (An-Nahl): 105]
v Ketiga: Mengandungi doa dan harapan agar Allah swt
melimpahkan keberkatan dan kebaikan kepada sesama saudara (bukan sahaja tidak
menyakiti).
Ucapan اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ memberi jaminan agar dalam suasana bersama-sama
dan dalam persaudaraan / persahabatan itu, tidak akan berlaku percakapan,
perbincangan, perancangan, perbuatan kecuali yang baik-baik dan tidak akan ada
sama sekali membicarakan hal-hal orang lain kecuali yang baik-baik semuanya.
Ucapan salam sarat dengan doa memohonkan rahmat dan berkat daripada Allah
swt untuk sesama saudara muslim.
Adapun syarat-syarat
Ukhuwah adalah seperti berikut:
a)
Ikhlas lilLahi Ta’ala
b)
Disertai iman dan taqwa
c)
Ke arah melaksanakan syaria
d)
Saling menasihati
e)
Tolong menolong dalam masa senang dan
susah
Cara
memperkukuhkan Ukhuwah pula adalah :
a)
Memberitahu bahawa ia mengasihinya
b)
Memohon doanya ketika berjauhan
c)
Ceriakan wajah ketika bertemu
d)
Segera berjabat tangan
e)
Saling ziarah menziarahi
f)
Mengucapkan tahniah dan menggembirakannya sesuai
sempena.
g)
Saling memberi hadiah
h)
Berusaha memenuhi keperluannya
i)
Menunaikan hak-hak ukhuwah.
Terdapat banyak hadis-hadis tentang Ukhuwah
antaranya:
من آخَى أخاً فى الله
رَفَعَهُ اللهُ درجةً فى الجنةِ لا
ينالُها بشَئٍ من عملِهِ .
“Barangsiapa mengangkat seseorang menjadi
saudaranya kerana Allah, Allah akan mengangkatnya satu darjat di syurga, yang
tidak akan diperolehi dengan satu pun amal ibadahnya.”
حقّتْ مَحَبَّتى
للمتَحابِّيْنَ فىَّ، وحقّت محبَّتى للمُتَزاوِرِيْنَ فِىَّ وحقَّتْ محبَّتى
للمُتَبَذِلِيْنَ فىَّ و حقَّت محبتى للمتَواصليْنَ فىَّ.
“CintaKu merupakan hak orang-orang yang saling
mencintai keranaKu, cintaKu merupakan hak orang-orang yang saling mengunjungi
keranaKu, cintaKu merupakan hak orang-orang yang saling berlumba berjuang
fisabilLah keranaKu dan cintaku merupakan hak orang-orang yang saling berhubung
keranaKu.”
ما أَحَبَّ عبْدٌ عَبْداً للهِ عَزَّ و جَلَّ
إِلاّ أَكْرَمَ ربَّه عَزَّ و جَلَّ.
“Seorang yang mencintai saudaranya kerana
Allah sebenarnya ditelah memuliakan Allah Yang Maha Mulia dan Maha
Agong.”
إذا زار المسلمُ أخاه فى
اللهِ عز و جلَّ أو عاده ، قال الله عز و جل : طِبْـتَ و تَبَوَّأْتَ من الجنةِ
منزلاً.
“Apabila
seorang muslim menziarahi saudara muslim semata-mata kerana Allah atau
menziarahi saudaranya yang sedang sakit, berkata Allah : Engkau dirahmati dan
engkau telah membina sebuah tempat tinggal di dalam syurga.”
إنَّ أَحَبَّكم إلىَّ
أَحأسِنُكم أخلاقاً المُوَطِّئونَ أَكْنافأً،الذين يأْلَفُونَ ويُؤلَفون. وإِن
أبْغَضُكُم إِلَىَّ الْمَشَّاؤُنَ بالنَّمِيْمَةِ الْمُفَرَّقُون بَيْنَ
الأَحِبَّةِ الْمُلْتَبِسُونَ للبَرَّاءِ العَيْبِ.
“Sesungguhnya
orang yang paling Aku cintai di antara kalian adalah yang paling baik
akhlaknya: yang rendah hati, yang paling akrab dan mudah diakrabi. Sedang yang
paling Aku benci di antara kalian ialah orang yang kemana-mana menabur fiitnah,
yang memecah-belah orang yang saling mencintai dan yang saling mencari cacat
orang yang bersih.”
المُؤْمنُ مُؤْلَفٌ ولا خَيْرَ فيمن لا يَأْلَفُ و
لآ يُؤْلَفُ.
“Orang
mu’min itu tempat kasih sayang, maka tidak ada kebaikan bagi yang tidak
mengasihi dan tidak dikasihi.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar