Selasa, 31 Oktober 2017

akhlak dan ruang lingkup akhlak



AKHLAK

A.    PENGERTIAN AKHLAK

Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipta; demikian pula dengan makhluqun yang berarti yang diciptakan.
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya :
1.      Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
حَالً لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لهَاَ اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya :“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
2.      Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلَافْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍمِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya :”Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
3.      Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
عَرَفَ بَعْضُهُمْ اْلخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلِارَادَةِ يَعْنِى أَنَّ اْلِإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya : “ Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”


B.     RUANG LINGKUP AKHLAK
Membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan baik atau buruk.Obyek pembahasan ilmu akhlak adalah berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
Menurut Muhammmad al-Ghazali kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
  1. Ruang Lingkup Akhlak dilihat dari sisi hubungannya
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah.Maka tidaklah mungkin kita dapat berpisah denganNya karena kitapun disini diberi amanat untuk hidup.Maka tidaklah kita bisa lepas dari tidak berinteraksi atau muamalah dengan yang lainnya. Adapun ruang lingkup akhlak yang dilihat dari sisi hubungannya sebagai berikut:
a.       Akhlak Manusia dengan sang kholiq (Allah)
Kita adalah makhluk ciptaannya maka sebagai makhluk yang taat kita harus berakhlak dengan akhlak yang baik kepada Tuhan kita, maka kita harus menuruti semua perintahnya dan menjadi larangan itu. Pada dasarnya  kita harus bertaqwa. Missal, kita sebagai makhluk diwajibkan untuk menuntut ilmu dan kita melakukannya maka disitu kita menjalankan perintahNya. Jika kita patuh dan taat IsyaAllah kita telah membangun hubungan akhlak yang baik dengan sang kholik.
b.      Akhlak dengan sesama manusia
Manusia adalah makhluk social, yang saling membutuhkan, maka dari itu perlulah kita bangun dan perbaikai kerusakan-kerusakan dalam Islam termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orang-orang beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana satu anggaota badan dengan anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Hak orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara :
1)      Apabila bertemu dengan sesama maka ucapkanlah salam
2)      Apabila mendapat undangan maka hadirilah   
3)      Apabila meminta nasihat maka berilah nasihat
4)      Apabila bersin maka doakanlah
5)      Apabila ada yang sakit maka jenguklah
6)      Apabila ada yang meninggal dunia maka kuburkanlah
Akhlak terhadap sesama manusia ini berlaku untuk setiap manusia, saling tolong-menolong. Karena dengan kondisi masyarakat yang mayoritas berakhlak dengan akhlak yang baik, maka ketentraman, kenyamanan, ketenangan dan sebagainya akan tercapai dan itulah sebuah persatuan.
c.       Akhlak terhadap lingkungan
Hubungan manusia dengan lingkungannyaMateri yang dipelajari meliputi akhlak menusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas, maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Yunahar Ilyas membagi pembahasan akhlak dengan enam bagian, yaitu:
1. Akhlak terhadap Allah swt.
2. Akhlak terhadap Rasulullah saw.
3. Akhlak pribadi
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak bermasyarakat
6. Akhlak bernegara.

2.      Ruang Lingkup Akhlak dilihat dari sisi sifatnya
Sifat adalah sesuatu yang melekat pada bendanya dan tidak bisa lepas, sehingga jadilah sebuah sesuatu yang disifati kepada benda tersebutan.Jika dilihat dari sifatnya maka akhlak terbagi menjadi dua bagian, pertama, akhlaqqul karimath.kedua, akhlakul madzmumah.
a.       Al-akhlakalkarimah (akhlak terpuji)
karimah” itulah sifat yang melekat pada aspek ini yaitu terpuji, sehingga ketika ada  yang ingin berbuat sesuatu dan akhirnya mendapatkan sebuah kekaguman atau pujian, maka itu dapat disebut akhlakul karimah. Tndakan yang dapat dikatakan terpuji adalah tindakan yang tidak merugikan orang lain, yakni tindakan yang memeberikan manfaat baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.
b.      Al-akhlakalmazdmumah (akhlak tercela)
madzmumah” itulah sifat yang melekat pada perilaku ini, sesuatu yang dikatakan buruk dan membuat oaring tidak senang karena tidak sesuai dengan yang diharapkan dan juga bernilai negative. dan ketika ada orang yang berakhlak dengan akhlak yang madzmumah maka ia akan mendapatcelaan dari orang-orang disekelilingnya atau berbuat hal yang tidak menyenangkan. Ketika hal itu dilakukan untuk Allah maka, Allah swt akan memberikan





C.    UKHUAH ISLAMIAH
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) / ukhuwah filLah (persaudaraan kerana Allah) ialah segugusan perasaan saling hormat menghormati, percaya mempercayai, mahabbah dan kasih sayang antara sesama individu atas asas aqidah Islamiyah, atau iman dan taqwa. 
Ia juga adalah suatu jalinan / perpaduan antara dua hati orang-orang beriman, yang tulus ikhlas, sama-sama menikmati; suasana kesetiaan dan kejujuran dalam persahabatan / persaudaraan, saling mendahulukan kepentingan saudara, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, senang sama ketawa gembira, susah sama menangis berduka, ke gunung sama didaki ke lurah sama dituruni, menelentang sama menadah embun meniarap sama memamah pasir. 
Ukhuwah Islamiyah adalah satu tuntutan agama.
Firman Allah swt:
إنَّمَا المُؤْمِنُونَ إِخْوَة
“Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara.”
[Qs.49 (al-Hujuraat):10] 
Firman ini menegaskan bahawa ukhuwah Islamiyah merupakan, nikmat suci yang menyinari hati-hati yang diredhai Allah swt, hati-hati yang sempurna iman. Suatu anugerah pemberian Allah Ar-Rahman Ar-Rahim kepada hamba-hambaNya yang benar-benar beriman dan benar-benar ikhlas. 
Ukhuwah Islamiyah / ukhuwah fillah,merupakan satu sifat yang mengiringi keimanan; TIADA UKHUWAH TANPA IMAN DAN TIDAK SEMPURNA IMAN TANPA UKHUWAH. Jalinan persahabatan tanpa keimanan hanya merupakan pertemuan kerana kepentingan, saling bertukar budi, bila tiada lagi kepentingan, persahabatan itu pun luput dan lenyap ditelan masa. Keimanan yang tidak membuahkan ukhuwah, petanda iman tidak sempurna, iman yang tidak sihat yang memerlukan rawatan. 
1.      Keutamaan ukhuwah 
Keutamaan ukhuwah dapat dilihat daripada faedah-faedahnya yang banyak : 
a.      Mendapat Kecintaan Allah swt.
Dua hati, antara dua orang yang bersahabat, yang menjalin persahabatan atau persaudaraan kerana Allah swt, akan mendapat balasan dari Allah swt iaitu Allah Ta’ala akan mencintai kedua-dua mereka. Abu Hurairah r.a. meriwayatkan daripada RasululLah saw: “Bahawa seorang lelaki pergi menziarahi saudaranya yang tinggal di sebuah kampung, lalu Allah Ta’ala mengutus seorang malaikat untuk mengawasi perjalanannya itu. Ketika sampai, malaikat bertanya: “Hendak bertemu siapa?” Jawab lelaki itu: “Saya hendak bertemu dengan saudara saya yang tinggal di kampung ini.” Malaikat bertanya pula: “Apakah kamu akan dapat sesuatu daripadanya?” Jawab lelaki itu: “Tidak, tetapi saya mengasihi, merinduinya kerana Allah.” Malaikat berkata: “Aku diutus Allah kepadamu untuk memberitahu, bahawa Allah mencintamu seperti mana kamu mencintai saudaramu itu.” Allahu Akbar wa lilLahi al-Hamd…adakah di sana cinta agung tandingan yang didamba setiap sekeping hati selain cinta agung yang tulus mulus dan terjamin tidak ada masa surut, khianat dan curangnya ini?. 
b.      Mendapat perlindungan Allah Ta’ala di hari akhirat  
Daripada Abu Hurairah r.a. bahawa RasululLah saw bersabda:
 “Pada hari kiamat, Allah akan berfirman (menyeru): “Manakah orang-orang yang (dulu semasa di dunia) saling mencintai kerana KeagunganKu? Hari ini Aku akan melindungi mereka, sebab hari ini tidak ada perlindungan selain daripada perlindunganKu.”” [Hadis Muslim] 
c.       Berada di atas mimbar-mimbar cahaya 
Hadis qudsi daripada ‘Ubadah bin Shomit, Allah swt berfirman; “KecintaanKu hanya untuk orang-orang yang saling mencintai, saling menghubungkan silaturrahim dan saling berkorban keranaKu. Orang-orang yang saling mencintai keranaKu, akan berada di atas mimbar-mimbar cahaya. Para nabi, sahabat dan syuhada merasa cemburu terhadap mereka”. [Hadis Ibnu Hibban dll] 
d.      Beribadah dengan amal yang paling utama. 
Daripada Mu’az bin Anas, RasululLah saw telah ditanya: tentang apakah amal yang paling utama?, Jawab RasululLah saw: “Kamu mencintai dan membenci kerana Allah dan kamu menggunakan lidahmu untuk mengingatiNya.” RasululLah saw ditanya lagi: “Apa lagi wahai RasululLah?” RasululLah saw menjawab: “Bahawa kamu suka untuk manusia apa yang engkau suka untuk dirimu sendiri dan engkau tidak suka untuk manusia apa yang engkau tidak suka untuk dirimu sendiri.” [Hadis Imam Ahmad] 
e.       Terhindar dari rasa takut dan dukacita 
Umar r.a meriwayatkan, bahawa RasululLah saw bersabda:
“Di antara hamba-hamba Allah ada manusia yang bukan para nabi dan bukan pula para syuhada, tetapi pada hari qiamat para nabi dan para syuhada cemburu kepada mereka kerana kedudukan (istimewa)nya di sisi Allah.” Para sahabat bertanya; “Wahai RasululLah! Beritahu kami siapakah gerangan mereka itu?” Rasulullah saw menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai kerana Allah, bukan kerana hubungan keluarga dan bukan kerana harta yang mereka saling berikan. Demi Allah! Muka mereka itu bercahaya, mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang lain merasa takut, tidak berdukacita ketika orang lain berdukacita”.
Kemudian RasululLah saw membacakan ayat:
أَلآ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut dan mereka tidak bersedih hati”. [QS.10 (Yunus):(62)] 
f.       Terampun segala dosa.
Riwayat ath-Thabrani, RasululLah saw bersabda:
“Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu dengan saudara muslimnya, lalu berjabat tangan, gugurlah dosa kedua-duanya sebagaimana berguguran daun-daun dari pohon ke bumi di suatu hari yang berangin kencang, diampunkan dosa kedua-duanya walaupun dosanya seperti buih di lautan”. 
g.      Mengecapi kemanisan iman
RasululLah saw bersabda:
“Tiga perkara, sesiapa yang terdapat ketiga-tiga perkara tersebut dalam dirinya, ia akan mengecapi kemanisan iman, iaitu; bahawa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari yang lain, bahawa ia tidak mengasihi seseorang kecuali kerana Allah dan bahawa ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilontarkan ke dalam neraka”. 
2.      Menumbuhkan rasa persaudaraan. 
Melihat kepada faedah ukhuwah yang banyak itu, sudah pasti kita semua ingin meraihnya. Justeru, bagaimanakah menumbuhkan rasa persaudaraan itu.
a.      Iman yang sempurna.
Keimanan yang sempurna menuntut setiap mukmin menjalankan urusan setiap aspek kehidupannya berdasarkan hukum-hukum al-Quran dan hadis-hadis RasululLah saw. Mukmin ini bagaikan al-Quran yang berjalan di muka bumi. Wahyu-wahyu Allah SWT adalah amal perbuatan, denyut nadi dan jantungnya. Pada ketika itu jiwa-jiwa para mukmin bertaut dalam satu kesatuan padu, kesatuan akidah, matlamat, neraca, pemikiran, perasaan dan lain-lain lagi. 
Imam Malik hairan melihat seekor merpati berkawan dengan seekor gagak, spontan ia berkata: “Kedua-duanya dapat bersatu, padahal jenisnya tidak sama?.” Ketika burung itu terbang, ia melihat kedua-dua burung itu dalam keadaan cacat, lalu ia berkata: “Sebab itulah burung itu dapat bersatu”. 
b.       Menyebar dan menghayati ucapan salam
Nabi saw bersabda:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوا جَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا 
أَلآ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتَمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.
“Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, kamu tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman dan kamu tidak (sempurna) beriman sehinggalah kamu saling mencintai, mahukah aku tunjukkan suatu perkara, apabila kamu lakukan, kamu akan saling berkasih sayang? Sebarkanlah salam di antara kamu”. [Hadis Muslim]
Firman Allah :
وَ مَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى  إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى
"Tiadalah yang diucapkan (oleh Muhammad) itu menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapan itu tidak lain adalah wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya“    [QS. 53 (An-Najm), 3-4] 
Menyebarkan salam, “ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه” bukanlah sekadar ucapan di bibir sahaja. Ucapan salam bukan azimat atau tongkat sihir, bila diucapkan, terus menyentuh hati-hati yang hitam oleh asap kemungkaran, kedengkian, saling sakit hati, bermusuhan, berkelahi, tuduh menuduh, curiga mencurigai, tiba-tiba secara spontan akan menjadi putih, bersinar dengan nur kasih sayang dan ukhuwah. Sudah tentu tidak! Tetapi pastikan ucap salam itu mengandungi tiga pengertian yang luhur ini:- 
v  Pertama: Mengandung Arti Cinta dan Kasih-Sayang. 
Bila bertemu dengan saudara muslim, tunjukanlah wajah ceria dan bahagia, hulurkanlah tangan dan jabatlah tangan saudaramu dengan ikhlas dan penuh rasa kasih-sayang. Buangkan segala rasa negatif yang bersarang di hati antara kamu berdua oleh hasutan syaitan terkutuk!!!. Satukan kedua-dua hatimu dengan ikatan kasih sayang, iringi ucapan salam itu dengan lafaz; “ يَا أَخِى – اختى إِنِّى أُحِبُّكَ
Maksud "Saudaraku, aku sayang / kasih padamu".

Jawablah bisikan kasih cinta saudaramu dengan lafaz; أَحَبَّكَ اللهُ الَّذِىْ مِنْ اَجْلِهِ اَحْبَبْتَنِي
Bermaksud " Semoga Allah menyayangi / mengasihi -mu yang demi Dia kamu menyayangi / mengasihi -ku". 

Ucapan salam adalah tanda kasih-sayang di antara dua hati yang saling menyayangi. Justeru itu jangan diucapkan dengan jiwa hampa, sambil lewat, dingin dan tanpa semangat tetapi ucapkanlah dengan penuh rasa rindu, cinta kasih dan semangat persaudaraan Islam kerana mengucapkan salam kepada saudara seagama (akhi filLah) bererti memohon dicurahkan rahmat dan berkat kepadanya daripada Allah ‘Azza wa Jalla Pencipta Langit, maka janganlah ini dipandang remeh. 
v  Kedua: Ucapan salam di awal pertemuan,
adalah suatu perisytiharan “PEACE” damai, aman, tenang dan sejahtera kerana dalam suasana bersama-sama itu, apa yang didamba hanya untuk menikmati suasana yang menyenangkan dan membahagiakan. Bahawa kedua-duanya benar-benar tidak akan menyakiti, tidak membahayakan saudaranya, tidak akan berdusta, menipu, berbuat jahat, bermusuh, mengumpat, mencaci, buruk sangka serta menghina dan tidak akan melakukan suatu apa pun yang menyakiti saudaranya. Seandainya hal itu terjadi bererti ucapan salam itu dusta dan hanyalah omong kosong. Apakah balasan bagi orang yang berdusta???!
 Firman Allah:
إِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِئَايَـتِ اللهِ 
Sesungguhnya yang melakukan dusta, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah”.  [QS. 16 (An-Nahl): 105] 
v  Ketiga: Mengandungi doa dan harapan agar Allah swt melimpahkan keberkatan dan kebaikan kepada sesama saudara (bukan sahaja tidak menyakiti).
Ucapan اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ memberi jaminan agar dalam suasana bersama-sama dan dalam persaudaraan / persahabatan itu, tidak akan berlaku percakapan, perbincangan, perancangan, perbuatan kecuali yang baik-baik dan tidak akan ada sama sekali membicarakan hal-hal orang lain kecuali yang baik-baik semuanya.  Ucapan salam sarat dengan doa memohonkan rahmat dan berkat daripada Allah swt untuk sesama saudara muslim. 


Text Box: Nabi saw bersabda tentang dirinya:
“ Saya adalah rahmat dan petunjuk.”
[Hadis Al-Hakim dan ad-Dhahabi]
 





Adapun syarat-syarat Ukhuwah adalah seperti berikut:
a)    Ikhlas lilLahi Ta’ala
b)   Disertai iman dan taqwa
c)    Ke arah melaksanakan syaria
d)   Saling menasihati
e)    Tolong menolong dalam masa senang dan susah 
Cara memperkukuhkan Ukhuwah pula adalah :
a)    Memberitahu bahawa ia mengasihinya
b)   Memohon doanya ketika berjauhan
c)    Ceriakan wajah ketika bertemu
d)   Segera berjabat tangan
e)    Saling ziarah menziarahi
f)    Mengucapkan tahniah dan menggembirakannya sesuai sempena.
g)   Saling memberi hadiah
h)   Berusaha memenuhi keperluannya
i)     Menunaikan hak-hak ukhuwah. 
Terdapat banyak hadis-hadis tentang Ukhuwah antaranya: 
من آخَى أخاً فى الله رَفَعَهُ اللهُ درجةً فى الجنةِ لا 
ينالُها بشَئٍ من عملِهِ .
 “Barangsiapa mengangkat seseorang menjadi saudaranya kerana Allah, Allah akan mengangkatnya satu darjat di syurga, yang tidak akan diperolehi dengan satu pun amal ibadahnya.” 
حقّتْ مَحَبَّتى للمتَحابِّيْنَ فىَّ، وحقّت محبَّتى للمُتَزاوِرِيْنَ فِىَّ وحقَّتْ محبَّتى للمُتَبَذِلِيْنَ فىَّ و حقَّت محبتى للمتَواصليْنَ فىَّ. 
 “CintaKu merupakan hak orang-orang yang saling mencintai keranaKu, cintaKu merupakan hak orang-orang yang saling mengunjungi keranaKu, cintaKu merupakan hak orang-orang yang saling berlumba berjuang fisabilLah keranaKu dan cintaku merupakan hak orang-orang yang saling berhubung keranaKu.” 
ما أَحَبَّ عبْدٌ عَبْداً للهِ عَزَّ و جَلَّ إِلاّ أَكْرَمَ ربَّه عَزَّ و جَلَّ. 
 “Seorang yang mencintai saudaranya kerana Allah sebenarnya ditelah memuliakan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agong.” 

إذا زار المسلمُ أخاه فى اللهِ عز و جلَّ أو عاده ، قال الله عز و جل : طِبْـتَ و تَبَوَّأْتَ من الجنةِ منزلاً.
 “Apabila seorang muslim menziarahi saudara muslim semata-mata kerana Allah atau menziarahi saudaranya yang sedang sakit, berkata Allah : Engkau dirahmati dan engkau telah membina sebuah tempat tinggal di dalam syurga.” 


إنَّ أَحَبَّكم إلىَّ أَحأسِنُكم أخلاقاً المُوَطِّئونَ أَكْنافأً،الذين يأْلَفُونَ ويُؤلَفون. وإِن أبْغَضُكُم إِلَىَّ الْمَشَّاؤُنَ بالنَّمِيْمَةِ الْمُفَرَّقُون بَيْنَ الأَحِبَّةِ الْمُلْتَبِسُونَ للبَرَّاءِ العَيْبِ.
“Sesungguhnya orang yang paling Aku cintai di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya: yang rendah hati, yang paling akrab dan mudah diakrabi. Sedang yang paling Aku benci di antara kalian ialah orang yang kemana-mana menabur fiitnah, yang memecah-belah orang yang saling mencintai dan yang saling mencari cacat orang yang bersih.” 
المُؤْمنُ مُؤْلَفٌ ولا خَيْرَ فيمن لا يَأْلَفُ و لآ يُؤْلَفُ.

 “Orang mu’min itu tempat kasih sayang, maka tidak ada kebaikan bagi yang tidak mengasihi dan tidak dikasihi.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

energi

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatnya yang telah ia berikan k...